Environmentallca.my.id-
Jakarta, CNBC Indonesia – Likuiditas bank menunjukkan gejala kelesuan alias ketat.
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno melihat kondisi ini bisa memberatkan bagi sektor usaha. Hal itu disampaikannya saat ditemui CNBC Indonesia di sela pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) Konsolidasi Persatuan Kadin Indonesia, Jakarta, Kamis (16/1/2025) malam.
“Iya (likuiditas perbankan kering) dan interest (bunga)-nya juga masih tinggi ya. Artinya bisnis apa yang bisa memikul bunga yang cukup berat itu? Kecuali yang istilah saya, commodity god made. Tambang itu kan yang bikin Tuhan, kita nggak bisa bikin,” katanya.
“Kalau manufaktur yang man made itu berat untuk mikul bunga seperti itu,” tambah Benny yang sebelumnya pernah mengetuai Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API).
Likuiditas yang kering, sebutnya, akan membuat bank menjadi lebih selektif dalam menyalurkan kreditnya.
“Bank juga nggak mau risiko kan. Kalau nggak mau risiko, ya agunan diperbesar. Misal minta kredit 100 agunan 200,” jelasnya.
Menurut Benny, sektor manufaktur akan jadi sektor yang sulit memperoleh kredit. Apalagi, imbuh dia, PMI manufaktur meski tumbuh tetap masih dalam fase kontraksi.
Di sisi lain, dia melihat, belum ada tanda-tanda sektor manufaktur di Indonesia bakal memacu investasinya. Artinya, masih ada kecenderungan menahan investasi.
“Manufaktur kan barangnya bersaing di luar dan hampir semua negara bikin. Tapi kalau batu bara, nikel, kalau sumber daya alam kan nggak semua negara punya,” sebutnya.
“Padahal manufaktur itu kan kemampuan serap tenaga kerjanya besar. Sekarang kan banyak yang ter-PHK. Yang bisa serap ya manufaktur,” kata Benny.
Sebagai catatan, Tim CNBC Indonesia Research mengutip data Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan, pertumbuhan kredit secara tahunan seringkali berada di atas pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK). Sebagai contoh pada Januari 2023, pertumbuhan kredit dan DPK secara tahunan masing-masing sebesar 10,53% dan 8,5% (selisih 2,05 poin persentase).
Namun, pada Januari 2024, pertumbuhan kredit dan DPK secara tahunan mengalami pelebaran masing-masing menjadi 11,8% dan 5,8% (selisih 6 poin persentase). Lalu pada November 2024 pertumbuhan kredit dan DPK secara tahunan masing-masing sebesar 10,79% dan 6,3% (ada selisih 4,49 poin persentase).
Melebarnya selisih pertumbuhan keduanya mengindikasikan, pertumbuhan penyaluran kredit dari perbankan lebih agresif dilakukan dibandingkan dana (DPK) yang disimpan. Dalam waktu dekat memang hal ini relatif aman, namun dalam jangka panjang terlebih apabila tidak ditindaklanjuti, maka perbankan akan kehilangan power untuk menyalurkan kredit ke masyarakat/korporat.
(dce)
Next Article
Ada Kabar Baik! AS Mulai Borong Tekstil RI, Ini 3 Penyebab Utama
Artikel ini merupakan Rangkuman Ulang Dari Berita : https://www.cnbcindonesia.com/news/20250117113142-4-603947/likuiditas-bank-seret-pengusaha-ungkap-sektor-paling-menderita